Di antara polemic di dalam ranah arsitektur adalah definisi arsitektur itu sendiri. Banyak sudut pandang dalam mendefinisikannya, sehingga kita mendapati berbagai macam definisi arsitektur. Saking banyaknya, tidak jarang mahasiswa atau siapapun yang mencoba mempelajari arsitektur bingung. Selain kebingungan itu, banyaknya ragam definisi yang satu sama lain bahkan saling bertolak belakang berimplikasi pada penilaian pada bangunan. Dalam satu objek bangunan saja – akibat banyaknya sudut pandang – menimbulkan penafsiran yang berbeda – ada yang mengatakan bangunan berarsitektur indah, yang lain mengatakan tidak layak sebagai bangunan arsitektur.
Dalam tulisan ini, penulis mencoba mengurai persoalan ini agar nantinya bisa menjadi pegangan dalam berarsitektur. Sebelum menelurkan apakah itu definisi arsitektur, kita harus mengetahui bahwa secara factual, aristektur selalu berbicara pada dua persoalan, yakni bangunan dan kebutuhan manusia yang menggunakannya.
Bangunan dan kebutuhan manusia
Dalam kitab Syakhsiyah Islamiah Jilid I – karya Syeikh Taqiyuddin An-Nabhani – menyatakan bahwasanya manusia memiliki dua kebutuhan utama yang menjadikan ia bergerak untuk memenuhinya, yakni kebutuhan jasmani dan naluri.
1. Kebutuhan Jasmani
a. Harus dipenuhi
b. Jika tidak dipenuhi akan menimbulkan kematian
c. Muncul akibat rangsangan tubuh jasmani manusia
Misal : Suhu udara yang tidak terlalu panas atau terlalu dingin, makan, minum
2. Kebutuhan Naluri
a. Tidak harus dipenuhi
b. Jika tidak dipenuhi hanya akan menimbulkan kematian
c. Muncul akibat rangsang di luar tubuh jasmani manusia
Kebutuhan naluri ini dibagi atas tiga macam berdasarkan jenis penampakannya
d. Naluri mensucikan sesuatu
Kebutuhan akan sesuatu yang lebih tinggi darinya untuk disucikan atau disembah
Misalnya : Menyembah pohon, matahari, bulan, api, Allah
e. Naluri menjaga eksistensi diri
Kebutuhan agar diri merasa aman dari gangguan fisik maupun non fisik
Misalnya : takut dihina, takut disakiti, egois, membela diri, harga diri
f. Naluri melestarikan jenis
Kebutuhan agar spesies makhluk manusia tidak sirna
Misalnya : cinta pada lawan jenis, sayang pada anak, cinta pada ibu
Demikianlah macam-macam kebutuhan manusia yang ada di dunia ini yang satu sama lain saling menuntut pemenuhan. Inilah yang menjadikan manusia bergerak untuk terus-menerus berusaha memenuhinya sebanyak-banyaknya. Sarana pemenuhannya pun bermacam-macam, salah satunya adalah bangunan. Demi memenuhi kebutuhan jasmani, dibangunlah sebuah bangunan yang mampu melindungi dirinya dari sengatan matahari atau dinginnya malam. Demi memenuhi kebutuhan naluri mensucikan sesuatu, dibangunlah suatu tatanan massa untuk ritual penyembahan. Demi memenuhi kebutuhan naluri menjaga eksistensi diri, dibangunlah bangunan yang mewah, megah dengan berbagai ukiran yang indah untuk menaikkan harga diri si empunya. Demi memenuhi kebutuhan naluri melestarikan jenis, dalam perancangan rumah tinggal terdapat pembagian ruang anak, ruang keluarga, ruang orang tua.
Bangunan dan IPTEK
Dengan melandaskan pada fakta semacam ini, kita mampu menyaksikan secara gamblang seperti apakah peran bangunan. Rupanya, bangunan hanyalah berperan sebagai salah satu sarana dari sekian banyak sarana – seperti sepeda motor, computer, kipas, dll – yang digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sebagai sarana, bagaimana suatu bangunan bisa maksimal dalam memenuhi kebutuhan manusia sejalan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang ada. Di zaman Yunani, struktur suatu bangunan berupa kayu dan kolom-kolom batu. Di zaman sekarang, struktur banguna bisa berupa kayu, besi, beton dan sebagainya. Di zaman dulu, penerangan hanya memakai api. Di zaman sekarang, penerangan bangunan menggunakan lampu dengan berbagai macam jenisnya. Di zaman dulu, tidak dikenal teori warna dalam membuat kesan sesuatu dalam bangunan.
Sejalan dengan kemajuan teknologi yang pesat, manusia terus-menerus berusaha memaksimalkan pembangunan suatu bangunan dalam memenuhi semua kebutuhan mereka. Sebuah rumah yang dulunya biasa memakai papan kayu atau sesek, kini berubah memakai tembok bata. Sebuah rumah yang dulunya tidak memerlukan cat, kini cat amat diperlukan dalam setiap finishing suatu bangunan. Hanya saja dalam optimalisasi peran bangunan juga memerlukan ilmu, tidak sembarangan. Di sinilah perlunya suatu perancangan.
Sebuah rumah – misalnya – yang dibangun dengan tanpa ilmu alias sembarangan akan tidak optimal. Penerangan interiornya tidak bagus lampunya mewah. Suasana ruang terlihat aneh karena penggunaan cat tembok yang asal-asalan. Luasan ruang yang tidak maksimal dalam menampung aktivitas sehingga terasa sempit atau terlalu luas. Oleh karenanya, demi optimalisasi peran bangunan sebagai salah satu sarana manusia untuk memenuhi kebutuhannya diperlukan ilmu.
Redefinisi Arsitektur
Istilah arsitektur sebenarnya tidak ada di zaman dahulu. Umat manusia dalam membangun bangunan untuk berbagai jenis keperluan tidak pernah mengenal istilah arsitektur. Hanya saja, manusia – sebagaimana penjelasan di atas – paham bahwa membangun bangunan memerlukan perhitungan agar peran bangunan benar-benar optimal sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi saat itu. Adapun sekarang, kemajuan ilmu sedemikian pesat sehingga perlu spesialisasi-spesialisasi. Di sinilah muncul pengkategorian ilmu, salah satunya adalah arsitektur.
Oleh karena itu, dengan pengamatan faktual yang cermat yang telah dijelaskan di atas, definisi arsitektur adalah ilmu tata bangunan demi pemenuhan kebutuhan manusia. Inilah definisi universal yang bisa dipakai dalam memahami apa itu sebenarnya arsitektur beserta cakupannya. Dengan ini semestinya para arsitek tidak perlu sibuk memperdebatkan berkenaan dengan definisi arsitektur, tapi semestinya sibuk menelurkan ilmu-ilmudan teknologi baru yang mampu mengoptimalkan peran suatu bangunan. Dan lebih khusus, peran arsitek muslim terletak pada bagaimana agar dakwah Islam mampu mewarnai ilmu tata bangunan tersebut sehingga disebut arsitektur Islam sekaligus sebagai wujud dari pemenuhan seruan Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar